Sabtu, 19 Februari 2011

Pesantren Sebagai Bengkel Masyarakat

2 komentar
Banyak orang tua keliru menafsirkan peran pesatnren! sehingga setelah anaknya didaftarkan dan tinggal di pesantren maka lepaslah kewajiban orang tua atas anaknya, pesantren bukanlah bengkel yang siap mencetak bagus dan rapi, karna perannya sedikit sekali dibandingkan orang tua dan rumah (keluarga), tanpa dukungan orang tua maka sedikit sekali hasil yang diperoleh?

Pendidikan pada Pesantren adalah pendidikan berciri khas Islam yang bertujuan mengembangkan manusia sesuai dengan fitrahnya untuk menjadi pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, demokratis, menjunjung tinggi hak asasi manusia, menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, memiliki kesehatan jasmani dan rohani, memiliki keterampilan hidup yang berharkat dan bermanfaat, memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri, serta memiliki tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan agar mampu mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas. meskipun demikian tujuan utama pendidikan pesantren, namun tidak menjamin semua anak akan terdidik sesuai dengan tujuan yg ada, keberhasilan sebuah institusi pendidikan tidaklah mutlak diperankan oleh lembaga pendidikan tersebut, melainkan melalui proses dan kerjasama yg baik antara orang tua dan dewan guru semua. banyak assumsi "jika telah mendaftarkan putera/i ke pesantren, maka kita selaku orang tua dapat menerima hasil yg baiknya" anggapan salah seperti ini hanya menciptakan orang tua mental terlalu percaya sehingga hilang rasa teliti pada perkembangan Anak. Banyak orang tua keliru menafsirkan peran pesatnren! sehingga setelah anaknya didaftarkan dan tinggal di pesantren maka lepaslah kewajiban orang tua atas anaknya, pesantren bukanlah bengkel yang siap mencetak bagus dan rapi, karna perannya sedikit sekali dibandingkan orang tua dan rumah (keluarga), tanpa dukungan orang tua maka sedikit sekali hasil yang diperoleh?

Pada hakikatnya Anak adalah karunia Allah yang tidak dapat dinilai dengan apapun. Ia menjadi tempat curahan kasih sayang orang tua. Namun sejalan dengan bertambahnya usia sang anak, muncul "agenda persoalan" baru yang tiada kunjung habisnya. Ketika beranjak dewasa anak dapat menampakkan wajah manis dan santun, penuh berbakti kepada orang tua, berprestasi di sekolah, bergaul dengan baik dengan lingkungan masyarakatnya, tapi di lain pihak dapat pula sebaliknya. Perilakunya semakin tidak terkendali, bentuk kenakalan berubah menjadi kejahatan, dan orangtua pun selalu cemas memikirkanya. Dr. Abdullah Nashih ‘Ulwan, dalam bukunya "Tarbiyatul Aulad" menegaskan, hanya ada satu cara agar anak menjadi permata hati dambaan setiap orangtua, yaitu melalui pendidikan yang bersumber dari nilai-nilai Islam. Islam telah memberikan dasar-dasar konsep pendidikan dan pembinaan anak, bahkan sejak masih dalam kandungan .

Jika anak sejak dini telah mendapatkan pendidikan Islam, Insya allah ia akan tumbuh menjadi insan yang mencintai Allah dan Rasul-nya serta berbakti kepada orengtuanya. Upaya dalam mendidik anak dalam naungan Islam sering mengalami kendala. Perlu disadari disini, betapa pun beratnya kendala ini, hendaknya orangtua bersabar dan menjadikan kendala-kendala tersebut sebagai tantangan dan ujian. Dalam mendidik anak setidaknya ada dua macam tantangan, yang satu bersifat internal dan yang satu lagi bersifat eksternal. Kedua tantangan ini sangat mempengaruhi perkembangan anak. Sumber tantangan internal yang utama adalah orangtua itu sendiri. Ketidakcakapan orangtua dalam mendidik anak atau ketidak harmonisan rumah tangga. Sunatullah telah menggariskan, bahwa pengembangan kepribadian anak haruslah berimbang antara fikriyah (pikiran), ruhiyah (ruh), dan jasadiyahnya (jasad). Tantangan eksternal pun juga sangat berpengaruh dan lebih luas lagi cakupannya. Tantangan pertama bersumber dari lingkungan rumah. Informasi yang yang didapat melalui interaksi dengan orangtua Muslim dalam mendidik anak: Orang tua perlu memahami apa yang dimaksud dengan pendidikan anak dan tujuannya. Banyak menggali informasi tentang pendidikan anak. Memahami kiat mendidik anak secara praktis.

Dengan demikian setiap gejala dalam tahap-tahap pertumbuhan anak dapat ditanggapi dengan cepat. Sebelum mentransfer ilai, kedua orang tua harus melaksanakan lebih dulu dalam kehidupan sehari-hari. Karena di usia kecil, anak-anak cerdas cenderung meniru dan merekam segala perbuatan orang terdekat. Bersegera mengajarkan dan memotivasi anak untuk menghafal Al-Quran. Kegunaannya di samping sejak dini mengenalkan Yang Maha Kuasa pada anak, juga untuk mendasari jiwa dan akalnya sebelum mengenal pengetahuan yang lain. Menjaga lingkungan si anak, harus menciptakan lingkungan yang sesuai dengan ajaran yang diberikan pada anak. Memang usaha mendidik anak tidaklah semudah membalik tangan. Perlu kesabaran dan kreativitas yang tinggi dari pihak orang tua. Simaklah perkataan Sayyid Qutb, yang mempunyai ayah sebagai panutannya: "Semasa kecilku, ayah tanamkan ketaqwaan kepada Allah dan rasa takut akan hari akhirat. Engkau tak pernah memarahiku, namun kehidupan sehari-harimu telah menjadi teladanku, bagaimana prilaku orang yang ingat akan hari akhir. Sumber : Al-Muslimun no.298, Jan 1995

Banyak orang tua yang tidak segan2 menyalahkan pesantren jika anaknya didapatkan tidak naik kelas, atau di keluarkan karena pelanggaran disiplin pondok. diantara otang tua ada yang belum siap menerima berita kegagalan anaknya, atau berita buruk lainnya tentang sibuah hatinya. atau raport anaknya banyak angka merah. mereka terlalu menaruh percaya kepada anaknya dengan pertimbangan dan analisanya masa lalu. sehingga orang tua yg demikian selalu menaruh curiga pada berita keburukan ttg anaknya. padahal pesantren yg di percayakannya bukanlah bengkel yg siap memperbaiki segala kerusakan.
seyogianyalah orang tua senantiasa menanamkan perhatian dan motivasi untuk keberhasilan buah hatinya.
disamping hal telah disebutkan tadi, ada hal lain juga yg perlu di perhatikan oleh orang tua.

orang tua tetap memegang peranan yang amat dominan, sebagaimana sabda Rasul SAW: "Setiap anak dilahirkan dalm keadaan fitrah. Kedua orang tuanya lah yang menjadikannya nasrani, yahudi atau majusi." (Hr.Bukhari). Dalam mendidik anak orang tua hendaknya berperan sesuai dengan fungsinya, bila rusak, anak akan kehilangan identitas. Pembagian tugas dalam Islam sudah jelas, peran ayah tidak diabaikan, tapi peran ibu menjadi hal sangat penting dan menentukan.

2 Responses so far

  1. bagus postingannya..
    emg ortu sgt berpengaruh thd perkembgn seorg anak.
    Dlm srt Al Kahfi disebutkan ada 2 org nabi yg ditugaskan Alloh swt utk membangun tempat tinggal anak yatim, diantara sebabnya adl (wa kaana abuhu sholiha) = org tua mereka dulunya sholih. Ini menunjukkan bhw amalan ortu bpgryh ke anak.

  2. Kang Faiz says:

    trimakasih kawan atas kunjungannya..
    memang peran utama sebelum "menyerahkan" seorang pada pendidik, adlah ortu. bahakn, meskipun sudah diserahkan kepada sang pendidik pun, peran ortu tetep di butuhkan,dalam sebuah hadist : kullu mauluudin yuladu 'alalfitroti, wa innama abawaahu yuhawwidanihi au yunashiroonihi au yumajjisaanihi

Leave a Reply