Rabu, 23 Februari 2011

Kemajuan Pendidikan Pesantren

1 komentar
PTPK MA'HAD ALY DARUSSALAM
(PERGURUAN TINGGI PROGRAM KHUSUS)

Salah satu fenomena penting kajian keislaman di pesantren adalah berdirinya model pendidikan tinggi yang secara khusus mengkaji khazanah keislaman klasik yang diperkaya dengan materi keilmuan kontemporer. Model pendidikan tinggi ini dikenal dengan sebutan Ma’had Aly.
Dari penelitian Marzuki Wahid dkk (2000), pendidikan tinggi yang diselenggarakan Ma’had Aly tidak lebih dan tidak kurang seperti pondok pesantren dengan berbagai kultur dan tradisi yang melingkupinya. Hanya saja karena kekhususannya, dalam hal-hal tertentu Ma’had Aly di berbagai pesantren diberi fasilitas khusus, seperti asrama, ruang kelas, perpustakaan, dan sarana aktualisasi seperti penerbitan atau ceramah di luar pondok pesantren. Yang membedakan dengan yang lain adalah metode pembelajarannya, yang melibatkan santri sebagi subyek belajar, dan tingkatan kitab kuning yang dikaji relatif tinggi, serta cara mengkajinya secara lebih kritis.
Saat ini lebih dari 15 pesantren yang telah menyelenggarakan pendidikan model Ma’had Aly scara reguler, baik dalam arti institusional maupun substansial. Diantaranya adalah Ma’had Aly Hasyim Asy’ari PP. Tebuireng, Ma’had Aly Al-Hikmah di Pesantren Al-Hikmah Sirampog, Brebes, Jawa Tengah, Ma’had Aly Salafiyah Syafi’iyah di Pesantren Sukorejo Asembagus Situbondo, Jawa Timur, Ma’had Aly Nurul Jadid di Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo, Ma’had Aly Hidayatul Mubtadi’ien Lirboyo, Kediri, Jawa Tengah, Ma’had Aly Sidogiri Pasuruan Jawa Timur, Ma’had Aly API Tegalrejo Magelang, Jawa Tengah, Ma’had Aly Mamba’ul Ma’arih Denanyar Jombang Jawa Timur, Ma’had Aly Darussalam Ciamis, Jawa Barat, Ma’had Aly Dar el-Tauhid, Arjawinangun Cirebon, Jawa Barat, Ma’had Aly Sunan Ampel Malang, Ma’had Aly al-Ihya’ Ulumaddin, Kesugihan, Cilacap Jawa Tengah, Ma’had Aly Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta, Ma’had Aly AJI Mahasiswa Krapyak Yogyakarta dan lainya.

Semangat Keilmuan

Sekilas orang akan menyangka bahwa Ma’had Aly sama dengan perguruan tinggi agama Islam yang sudah ada , seperti Institut Agama Islam Negeri (IAIN) yang sebagian berubah menjadi Universitas Islam Negeri (UIN), Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), atau Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) atau lembaga serupa lainnya. Namun jika kita mencoba masuk ke “dapur” Ma’had Aly, maka kita akan menemukan bahwa Ma’had Aly sama sekali berbeda dengan Perguruan Tinggi Agama Islam pada umumnya.
Perbedaan ini bukan semata-mata karena Ma’had Aly dikelola oleh pesantren dan diselenggarakan di lingkungan pesantren, tetapi terutama karena pendidikan tinggi ala pesantren ini lebih menekankan aspek intelektualitas ketimbang formalitas. Akan tetapi bagi yang ingin mendapatkan ijasah formal, bisa didaftarkan dan didapatkan dari perguruan tinggi yang menjadi mitra Ma’had Aly yang bersangkutan. Misalnya, ijasah formal bagi mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari diperoleh dari IKAHA yang menjadi mitra dalam kepengurusan ijasah formal.
Pendidikan yang diselenggarakan di Ma’had Aly tidak lebih dan tidak kurang seperti pondok pesantren dengan berbagai kultur dan tradisi yang melingkupinya. Hanya saja karena kekhususannya, dalam hal-hal tertentu Ma’had Aly di berbagai pesantren diberi fasilitas khusus, seperti asrama, ruang kelas, perpustakaan, dan sarana aktualisasi seperti penerbitan atau ceramah di luar pondok pesantren. Yang membedakan dengan yang lain adalah metode pembelajarannya, yang melibatkan santri sebagi subyek belajar, dan tingkatan kitab kuning yang dikaji relatif tinggi, serta cara mengkajinya secara lebih kritis.
Itulah sebabnya, Ma’had Aly sebagai sebuah model pendidikan tinggi di pesantren bisa digolongkan dalam dua jenis; pertama, Ma’had Aly yang secara kelembagaan organisasional dan administratif memang menyelenggarakan pendidikan tingkat tinggi yang berbasis pada tradisi intelektual dan keilmuan pondok pesantren. Dalam pengertian ini, Ma’had Aly memang dikelola oleh suatu lembaga resmi yang ditopang dengan manajemen dan administrasi yang  profesional. Kedua, Ma’had Aly secara substansial. Berbeda dengan yang pertama, model yang terakhir ini tidak dilengkapi dengan kerangka kelembagaan dan organisasi-administratif yang secara khusus mengelola sistem penyelenggaraan pendidikan ini, tetapi dalam praktiknya, pendidikan Ma’had Aly terus-menerus dilaksanakan. Perbedaan kedua model ini terutama terletak dalam pengelolaannya yang sistematis dan terstruktur sebagaimana manajemen pendidikan pada umumnya.
Dalam katgori kedua, banyak pondok pesantren yang bisa dimasukkan di sini. Ukuran tradisi akademik dan intelektual klasik tingkat tinggi itu adalah selain standar kitab kuning yang, menurut orang pesantren, tinggi, juga proses pembelanjarannya tidak saja mengandalkan pembacaan literal dan pemahaman tekstual dari isi kitab dan pemikiran seorang ulama, melainkan telah masuk kedalam analisis isi (dirasah tahliliyyah), pembacaan kontekstual (qira’ah siyaqiyah), dan lebih-lebih kritik atas isi kitab dan produk pemikiran tersebut (dirasah naqdiyyah). Meski tidak seluruhnya terpenuhi, beberapa pondok pesantren bisa dimasukkan dalam kategori ini, yakni misalnya Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Pondok Pesantreb Darussalam Sumbersari Kediri, Pondok Pesantren Maslakhul Huda Kajen Pati, Pondok Pesantren Tegalrejo Magelang, Pondok Pesantren Sidogiri, Pondok Pesantren Dar Al-Tauhid Arjawinangun Cirebon, Pondok Pesantren Sarang, Pondok Pesantren Al-Ihya’ Kesugihan Cilacap, dan lain-lain.
Sumber : dirangkum dari berbagai sumber

One Response so far

  1. Kang Faiz says:

    lamken juga kang, g ketemu di dunia nyata, tp ktmu di dumay (dunia maya) hehehehe

Leave a Reply